MENCARI RAHMAT Pagi itu, matahari tidak sekadar terbit. Ia menyingkap tabir rahasia semesta. Cahaya dhuha menetes di ubun-ubun bumi, membuka jalan bagi kelahiran seorang insan. Makkah yang lama gersang oleh kebekuan hati, tiba-tiba beraroma mawar taman surga. Setiap pasir menyimpan getar, dan angin berbagi kabar: “Telah lahir seorang kekasih— penyambung kehidupan langit dan bumi.” Ia lahir di terang matahari sepenggalan, sebagai penanda bahwa jalan gelap akan selalu memiliki cahaya penuntun. Ia datang tidak membawa pedang. Langkahnya adalah kesejukan, yang meruntuhkan api jahiliyah Ia mengajari manusia bahwa rahmat bukanlah milik segolongan, tapi seperti udara yang bisa dihirup semua makhluk, sungai tak pernah kering yang terus mengalir bahkan ke hati yang tak pernah meminta. Ia adalah laut, dan kita hanya tetesan. Ia adalah matahari, dan kita pencari rahmat dari sinarnya. Sinar dan rahmat Muhammad. 050925